“Pengaspalan ini jelas tidak mengikuti pedoman teknis. Jalan malah bergelombang dan masih acak-acakan,” ujar seorang warga kepada awak media Liputan Jurnalis di lokasi, Jumat (15/08/2025).
Masyarakat menilai lemahnya pengawasan dari instansi terkait menjadi penyebab proyek berjalan tidak sesuai prosedur. Selain menyalahi aturan teknis, pengerjaan asal jadi ini berpotensi merugikan negara karena jalan dikhawatirkan cepat rusak.
“Kalau proyek dikerjakan asal-asalan, kualitasnya pasti rendah dan cepat rusak. Itu harus dipertanyakan, bagaimana peran PPTK dan konsultan pengawas? Apakah mereka membenarkan cara kerja seperti ini?” tambah warga lain.
Lebih mengejutkan, seorang warga mengungkapkan bahwa pihak pelaksana proyek justru berdalih pengaspalan saat hujan lebih bagus. Pernyataan itu langsung menuai kecaman warga yang menyaksikan proses di lokasi.
“Pemborongnya bilang bagus kalau diaspal pas hujan. Itu omong kosong dan menyesatkan,” tegas warga dengan nada kesal.
Kekhawatiran utama masyarakat adalah kualitas dan ketahanan jalan. Jika pengerjaan tidak sesuai standar, mereka khawatir jalan akan cepat rusak dan kembali membebani anggaran pemerintah.
Sebagian warga juga menyoroti sikap Pemerintah Desa Cipanengah yang dinilai kurang aktif mengawasi proyek. Mereka berharap Kepala Desa Yosep, atau akrab disapa Utek, tidak hanya hadir dalam perencanaan tetapi juga tegas mengawasi pelaksanaan di lapangan.
“Pemerintah desa jangan tutup mata. Kepala desa punya peran penting untuk memastikan proyek berjalan sesuai aturan,” ujar warga lainnya.
Hingga berita ini diturunkan, Kepala Desa Cipanengah belum memberikan tanggapan resmi terkait polemik tersebut. Masyarakat berharap koordinasi antara desa dan pihak pelaksana diperkuat agar pembangunan benar-benar bermanfaat dan berdampak positif bagi warga.